Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Materi Sejarah Kelas 10 kurikulum merdeka belajar kemampuan berpikir dalam sejarah

Materi Sejarah Kelas 10 kurikulum merdeka belajar memberikan penekanan pada kemampuan berpikir dalam sejarah, yang meliputi kemampuan berpikir diakronik (kronologis) dan sinkronik. Kemampuan berpikir diakronik berfokus pada pemahaman peristiwa berdasarkan urutan waktu atau kronologi, sedangkan kemampuan berpikir sinkronik berfokus pada pemahaman peristiwa pada satu waktu tertentu dengan memperluas ruang.

Dalam pendekatan diakronik, sejarah dianalisis dari segi proses dan evolusi suatu peristiwa dari masa ke masa. Contoh penulisan sejarah menggunakan pendekatan diakronik mencakup perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920), Perang Diponegoro (1925-1930), dan Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949). Sementara dalam pendekatan sinkronik, sejarah dianalisis pada satu waktu tertentu dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang meluas dalam ruang, seperti sosial, ekonomi, politik, dan hubungan internasional yang terkait dengan peristiwa tersebut. Sebagai contoh, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945) dianalisis dengan memperluas ruang dalam aspek-aspek yang terlibat.

Selain itu, konsep ruang dan waktu dalam sejarah juga dijelaskan. Sejarah terbentuk dari tiga unsur yang saling terkait, yaitu manusia, ruang, dan waktu. Manusia sebagai pelaku utama menentukan peristiwa sejarah, ruang sebagai tempat terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan aspek geografis dan budaya, serta waktu sebagai dimensi perjalanan waktu yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik saling melengkapi dalam memahami dan menggali informasi tentang masa lalu serta memahami kondisi saat ini. Sejarah sebagai ilmu diakronik berupaya menganalisis evolusi dan perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, sementara ilmu-ilmu sosial sebagai ilmu sinkronik menganalisis suatu kondisi pada satu waktu tertentu dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang meluas dalam ruang. Kedua pendekatan ini memberikan wawasan yang mendalam tentang peristiwa sejarah dan konteksnya. berikut dibawah ini Materi Sejarah Kelas 10 kurikulum merdeka belajar kemampuan berpikir dalam sejarah :

Kemampuan Berpikir Diakronik (Kronologis)

Diakronik berasal dari kata diachronich; (dia, terdiri dari dua kata, yaitu dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu. Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.

Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis sesuatu. Kronologis adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.

Sejarah itu ilmu diakronis, yang mementingkan proses, sejarah akan membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Dengan pendekatan diakronis, sejarah berupaya menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bahwa perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan mengapa keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu berkembang/berkelanjutan.

Perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920); Perang Diponegaro (1925-1930); dan Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949) merupakan beberapa contoh penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan diakronik. Pengertian berpikir diakronis adalah kemampuan memahami peristiwa dengan melakukan penelusuran pada masa lalu (dengan kata lain meneliti peristiwa berdasarkan urutan waktu). Sebagai contoh memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan menelusuri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Belanda pada abad ke-17. Oleh karena itu cara berpikir diakronis sangat mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa.

Berpikir diakronis merrupakan cara berpikir yang khas sejarah. Dapat disimpulkan bahwa cara berpikir sejarah itu bersifat diakronik, memanjang dalam waktu, serta memetingkan proses terjadinya sebuah peristiwa. Sedangkan cara berpikir ilmu-ilmu sosial itu bersifat sinkronik, melebar dalam ruang, serta mementingkan struktur dalam satu peristiwa.

Kemampuan Berpikir Sinkronik

Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.

Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Beberapa contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronik lainnya misalnya Tarekat Naqsyabandiyah dan Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.

Ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial ini saling berhubungan. Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronik dan ilmu sosial lain yang sinkronik. Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah ilmu diakronik bercampur dengan sinkronik. Contoh : Peristiwa Pemberontakan Petani Banten 1888.

Berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam suatu peristiwa. Sebagai contoh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dijelaskan dengan menguraikan berbagai aspek, seperti aspek social, ekonomi, politik, dan hubungan internasioal. Oleh karena itu cara berpikir sinkronik sangat mementingkan struktur yang terdapat dalam setiap peristiwa.

Konsep Ruang Dan Waktu

Sejarah terbentuk dari tiga unsur, yang ketiganya tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut, yaitu manusia, ruang danwaktu.

Manusia. Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia adalah pelaku/aktor utama yang sangat mementukan suatu peristiwa sejarah. Sehingga mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. Sebagai aktor sejarah, manusia memiliki kemampuan berpikir yang merupakan cikal bakal munculnya ide kreatif. Ide kreatif inilah yang merupakan embrio terbentuknya kebudayaan.

Ruang. Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang atau tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis. Setiap komunitas yang tinggal di suatu tempat, akan memiliki pola pikir dan sistem budaya yang diperoleh dari leluhurnya. Sehingga kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi dengan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi pada ruang atau tempat tertentu.

Waktu. Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat dilepaskan dari waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang terus bergerak sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang waktu sebelumnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan Berpikir Diakronik (Kronologis): 

Kemampuan ini melibatkan pemahaman tentang peristiwa berdasarkan urutan waktu atau kronologi. Pendekatan diakronik lebih menekankan pada proses dan evolusi suatu peristiwa dari masa ke masa. Sejarah merupakan contoh ilmu diakronik, di mana sejarawan menganalisis peristiwa berdasarkan urutan waktu terjadinya. Contoh penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan diakronik adalah perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920), Perang Diponegoro (1925-1930), dan Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949).

2. Kemampuan Berpikir Sinkronik: 

Kemampuan ini melibatkan pemahaman tentang peristiwa dalam satu waktu tertentu atau analisis yang meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan sinkronik biasanya digunakan dalam ilmu-ilmu sosial dan lebih menekankan pada struktur peristiwa pada saat tertentu. Sebagai contoh, analisis tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945) dengan memperluas ruang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, dan hubungan internasional.

3. Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah: 

Sejarah terbentuk dari tiga unsur yang saling terkait: manusia, ruang, dan waktu. Unsur manusia sebagai aktor utama yang menentukan peristiwa sejarah, ruang sebagai tempat terjadinya peristiwa dan berkaitan dengan aspek geografis dan budaya, serta waktu sebagai dimensi perjalanan waktu yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sejarah dipahami sebagai proses yang terus bergerak seiring dengan perjalanan waktu, dan setiap peristiwa memiliki latar belakang waktu sebelumnya.

Dengan demikian, kemampuan berpikir diakronik dan sinkronik merupakan dua pendekatan berbeda dalam menganalisis peristiwa sejarah atau topik ilmu sosial lainnya. Mereka saling melengkapi dalam memahami dan menggali informasi tentang masa lalu dan kondisi saat ini.

Post a Comment for "Materi Sejarah Kelas 10 kurikulum merdeka belajar kemampuan berpikir dalam sejarah "